Cerita berawal ketika Pierre
Morhange seorang konduktor ternama usai menghadiri pemakaman ibunya
dikunjungi seorang kawan lama bernama Pépinot
Pertemuan itu mengajaknya kembali ke masa kecilnya di Sekolah Asrama Fond
de L’Etang. Melihat bangunan tua
dengan jeruji besi sekolah itu nyaris lebih mirip penjara anak-anak. Dan memang
Fond de L’Etang adalah sekolah untuk anak bermasalah.
Di sekolah ini ada sosok Rachin
merupakan kepala sekolah Fond de L’Etang dengan pola pendidikan yang sangat
keras untuk usia anak-anak dan terkenal dengan kalimat yang sering dia teriakan
“Action, Reaction!” setiap
kali siswanya melanggar peraturan yang kemudian diikuti jeritan siswa terdengar
di sepanjang koridor sekolah saat mendapat hukuman kurungan dan pukulan atas
pelanggaran yang dilakukannya. Hasilnya justru membuat siswa semakin nakal dan
liar.
Sampai
suatu hari datang seorang guru dengan penampilan lugu bernama Clément Mathieu seorang
musisi yang merasa gagal mencapai impiannya menjadi musisi terkenal. Awalnya Clément Mathieu pun
tak luput dari kenakalan siswa di sana, tapi caranya mengajar dengan pola yang
bertolak belakang dengan pola pendidikan di Fond de L’Etang secara sembunyi-sembunyi mulai memperkenalkan musik kepada siswa.
Clément Mathieu menyentuh
siswanya yang liar dengan kelembutan musik.
Dalam
film ini dikisahkan bagaimana Clément
Mathieu memberi sanksi kepada siswanya ketika mencelakai salah satu guru di sana
dengan memberi tugas merawat guru tersebut hingga sembuh, atau bagaimana
mendekati Pépinot dan
berusaha menjelaskan kepadanya bahwa orang tuanya sudah meninggal dunia saat
perang dunia II setiap siswa termuda di Fond de L’Etang itu selalu berdiri di pintu pagar setiap hari sabtu
dengan harapan bapaknya segera datang menjemput dia. Kemudian bagaimana saat
menghadapi Morhange seorang siswa
yang selalu mengganggu siswa lain dan seringkali membuat ulah tetapi suka
menyendiri. Bahkan ketika menghadapi sosok Mondain
seorang siswa yang bisa dikatakan kenakalannya melebihi semua siswa di Fond de L’Etang karena Mondain adalah siswa yang dikirim oleh
seorang Psikiater karena kenakalan dan tindak kriminal yang seringkali
dilakukan Mondain sudah tidak bisa
dikendalikan lagi.
Kesukaan
Clément Mathieu terhadap
seni ternyata tidak bisa dihilangkan, meskipun berada di tengah sekolah sekeras
Fond de L’Etang. Dengan
penuh keyakinan Clément Mathieu bercita-cita membentuk
Paduan Suara dan mulai melatih siswa-siswanya dengan susah payah. Hampir putus
asa ketika mendapati siswanya tidak memiliki suara yang bagus untuk padua
suara. Tapi Clément Mathieu tidak
berhenti begitu saja, dengan tekun dia melatih siswanya. Hingga suatu malam dia
mendengar seseorang menyanyikan lagunya nyaris sempurna. Ternyata Pierre Morhange siswa pembangkang yang selama ini menolak bergabung
dalam Paduan Suara asuhannya diam-diam menyanyi dengan suara soprannya. Lagi-lagi
Clément menghukumnya
dengan mengharuskan Morhange
menjadi anggota Paduan Suaranya.
Konflik pun terjadi saat Mondain
mengatakan bahwa Violette ibu Morhange yang merupakan pelayan
restoran adalah seorang pelacur, dugaan Morhange
diperkuat saat melihat Clément dan
sebenarnya memang menyukai Violette menemui
ibunya. Mondain pun
mengajak Morhange untuk mengacaukan
sekolah. Tapi Morhange menolaknya. Morhange pun berhenti berlatih Paduan
Suara, tetapi akhirnya saat pementasan Paduan Suara Morhange diberi kesempatan menyanyikan bagian Solo dengan suara
yang sangat menggetarkan seluruh penonton termasuk Pejabat Kota yang menghadiri
acara itu. Clément hanya
tersenyum saat Rachin
sang kepala sekolah Fond de L’Etang mengakui
Paduan Suara itu adalah inisiatif nya.
Sebuah tragedi terjadi, gedung sekolah Fond de L’Etang terbakar beruntung semua siswa selamat karena saat
kejadian mereka sedang bersama Clément di
tepi hutan. Karena kejadian itu Clément
diberhentikan Rachin
yang dianggap melakukan kelalaian pada waktu dia mengajar. Karena terbakarnya
gedung sekolah terungkap juga bagaimana pola pendidikan yang penuh unsur kekerasan
yang dilakukan Rachin selama
memimpin Fond de L’Etang
setelah
semua siswa diwawancara. Dan pada akhirnya Rachin pun diberhentikan sebagai
Kepala Sekolah Fond de L’Etang.
Pierre Morhange dewasa baru
mengetahui kemana Clément Mathieu dan Pépinot setelah
kebakaran gedung itu dari buku harian Clément Mathieu
yang dibawa Pépinot
sejak mengikuti perjalanan gurunya dan juga sebagai ayah angkatnya setelah
membawanya pergi saat hari pemecatan Clément
Mathieu. Dan Clément Mathieu memenuhi
janjinya pada Pierre
Morhange dengan mendaftarkannya mendapat Beasiswa pada sebuah Sekolah
Musik.
Sebuah akhir cerita yang manis meski tidak untuk semua tokohnya.
Pesan yang diperoleh setelah menonton film ini adalah sekecil apa pun
yang kita lakukan untuk seseorang, akan memberikan pengaruh yang sangat besar
untuk kehidupan seseorang di masa depannya kelak. Seperti Clément Mathieu yang
merasa dirinya sebagai musisi gagal, ternyata mampu melahirkan Pierre Morhange seorang konduktor
ternama.
By : Lilis Juwita, S.Kom
By : Lilis Juwita, S.Kom